“Banyak yang hanya tahu kerja teknis, tanpa peduli arah kebijakan daerah. Mereka seolah bekerja dalam ‘kotak sendiri’ tanpa koneksi ke visi besar pembangunan,”
CIKARANG PUSAT – ZONABEKASI.ID – Apel pagi yang dipimpin Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bekasi, Dedy Supriyadi, pada Senin (07/07/2025), menyisakan catatan tajam soal kinerja Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Bekasi. Di balik amanat bernada motivasi, tersirat kekesalan sekaligus peringatan keras terhadap sikap mental ASN yang dinilai belum menunjukkan perubahan signifikan.
“Apel ini bukan formalitas. Ini soal komitmen dan tanggung jawab,” tegas Sekda di hadapan ratusan ASN yang hadir di Halaman Plaza Pemkab Bekasi.
Sayangnya, menurut sejumlah pengamat dan tokoh masyarakat, semangat di apel pagi kerap hanya berlangsung sesaat. Setelah itu, banyak pegawai kembali ke rutinitas yang lamban, pasif, dan minim terobosan.
Disiplin Hanya di Permukaan, Pelayanan Masih Dikeluhkan
Tokoh masyarakat dan pengamat pemerintahan, Daeng Karaeng, menilai bahwa selama ini disiplin ASN Kabupaten Bekasi hanya terlihat di permukaan. “Yang datang apel banyak, tapi coba lihat di OPD siang hari. Banyak ruang kosong, pelayanan tertunda, dan warga mengeluh karena pegawai susah ditemui. Ini bukan soal jumlah ASN, tapi soal mental dan integritas,” kritik Daeng.
Ia menegaskan bahwa banyak ASN masih bekerja sekadar menggugurkan kewajiban, tanpa semangat melayani dan tanpa inovasi.
“Setiap tahun anggaran miliaran digelontorkan untuk operasional pemerintahan. Tapi output-nya belum sebanding. Masih banyak warga yang mengurus dokumen berminggu-minggu, layanan kesehatan lamban, dan birokrasi yang berbelit,” ujarnya.
Kinerja ASN Belum Selaras dengan Visi Kepala Daerah
Dalam amanatnya, Sekda juga menyinggung visi kepala daerah, yaitu Bangkit, Maju, Sejahtera, yang seharusnya menjadi acuan kinerja seluruh ASN. Namun faktanya, tidak sedikit pegawai yang bahkan tidak memahami arah kebijakan tersebut.
“Banyak yang hanya tahu kerja teknis, tanpa peduli arah kebijakan daerah. Mereka seolah bekerja dalam ‘kotak sendiri’ tanpa koneksi ke visi besar pembangunan,” kritik Daeng Karaeng lagi.
Menurutnya, jika hal ini terus dibiarkan, maka program-program unggulan Bupati-Wakil Bupati akan macet di tengah jalan akibat mesin birokrasi yang tidak sinkron.
Reformasi Birokrasi Masih Jauh Panggang dari Api
Meskipun pemerintah pusat mendorong reformasi birokrasi, namun implementasinya di level daerah, termasuk Bekasi, masih jauh dari harapan. Evaluasi kinerja ASN masih bersifat administratif dan kurang menilai dampak pelayanan ke masyarakat.
“Yang perlu diubah adalah budaya kerjanya. Jangan hanya hebat di spanduk dan banner. Jangan hanya sigap saat ada pejabat inspeksi. Rakyat sudah bosan dengan pencitraan birokrasi,” tegas Daeng Karaeng.
Tuntutan Masyarakat Semakin Tinggi
Dengan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap hak-haknya sebagai warga negara, tuntutan terhadap pelayanan publik juga makin tinggi. ASN dituntut bukan hanya hadir secara fisik, tetapi juga hadir secara fungsional: memberikan solusi, pelayanan cepat, dan bersikap ramah serta terbuka.
“Kalau tidak mau berubah, ASN akan ditinggalkan oleh zaman. Pelayanan publik hari ini butuh kecepatan, kejujuran, dan profesionalisme. Bekasi sebagai wilayah strategis nasional tidak bisa dikelola dengan mental birokrasi kuno,” tutup Daeng.